Jurnal Pengabdian Masyarakat https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas STIKes William Booth Surabaya en-US Jurnal Pengabdian Masyarakat 2775-1945 PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA USIA 16-18 TAHUN TENTANG KESEHATAN PARU https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas/article/view/550 <p><strong>Pendahuluan : </strong>Paru-paru organ pada sistem pernafasan yang berhubungan dengan sistem peredaran darah. Paru-paru berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan karbonmonoksida dari darah. Penyakit paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di dunia. <strong>Tujuan: </strong>untuk menjelaskan, tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan paru. <strong>Metode: </strong>Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan paru. Evaluasi pengabdian masyarakat menggunakan metode <em>pre test</em> dan <em>post test</em> serta kuesioner sebagai alat instrumen dan dianalisis dengan <em>Paired T tes.</em> &nbsp;Jumlah peserta 208 orang dengan usia 16-18 Tahun. Analisis data menggunakan apliaksi SPSS 22. <strong>Hasil:</strong> Pengabdian masyarakat ini menunjukkan pendidikan kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja usia 16-18 Tahun dengan nilai <em>P value</em> 0,000 &lt; 0,05. Ada perbedaan yang signifikan, sehingga terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap remaja akibat dari pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap remaja. <strong>Kesimpulan </strong>: Pendidikan kesehatan dapat dijadikan salah satu intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan paru.</p> Nurul Imam ##submission.copyrightStatement## 2024-01-15 2024-01-15 4 2 1 6 10.47560/pengabmas.v4i2.550 PELATIHAN PIJAT BAYI SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HITU KABUPATEN MALUKU TENGAH https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas/article/view/518 <p>Malnutrisi pada bayi dan balita dampaknya luas, sifatnya permanen dan tidak bisa diperbaiki. Rendahnya pemahaman orang tua terkait dengan pemantauan pertumbuhan anak merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka malnutrisi dikarenakan tindakan koreksi yang terlambat atau bahkan terabaikan. Oleh karena itu, tim pengabdi memandang penting pemberian edukasi terkait pertumbuhan dan perkembangan anak serta pelatihan pijat bayi bagi kader dan ibu yang memiliki balita sebagai upaya optimasilasi tumbuh kembang anak. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Hitu, Kabupaten Maluku Tengah pada bulan Juni – Agustus 2023. Sasaran kegiatan ini adalah kader dan ibu yang memiliki balita sebanyak 30 orang. Pelatihan pijat bayi diselenggarakan selama dua hari. Pada hari pertama, peserta kegiatan diminta untuk mengisi <em>pre-test</em> sebelum pemberian materi. Adapun materi yang disampaikan antara lain edukasi terkait pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, serta demonstrasi pijat bayi. Peserta kegiatan difasilitasi untuk melakukan diskusi tanya jawab dan praktik pijat bayi pada <em>phantom</em>. Pada hari kedua, peserta kegiatan dibagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok didampingi oleh satu orang tim pengabdi untuk melakukan pijat bayi. Di sesi terakhir, peserta kegiatan diminta untuk mengisi <em>post-test</em>. Kegiatan dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pijat bayi dan pemantauan pertumbuhan balita sasaran oleh peserta kegiatan. Target kegiatan ini dapat tercapai sesuai rencana, di mana terdapat peningkatan pemahaman sasaran terkait pertumbuhan dan perkembangan anak, peningkatan keterampilan sasaran dalam melakukan pijat bayi, dan peningkatan berat badan balita sasaran.</p> Siska Febrina Fauziah Viqy Lestaluhu Siti Jubaeda Masi ##submission.copyrightStatement## 2024-01-15 2024-01-15 4 2 7 13 10.47560/pengabmas.v4i2.518 PEDULI KESEHATAN IBU HAMIL DI MASYARAKAT MELALUI LATIHAN KOMBO YOGA ROMLA (KOMBINASI YOGA DAN AROMATERAPI LAVENDER) DAN DETEKSI KOMPLIKASI IBU HAMIL https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas/article/view/514 <p>Upaya percepatan penurunan AKI telah&nbsp; dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, namun sayangnya cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K6 di Jawa Timur masih rendah yaitu 58,7%. Kondisi tersebut mengambarkan masih banyak ibu hamil yang belum mendapatkan pelayanan secara komprehensif. Puskesmas Gunung Anyar adalah salah satu Puskesmas yang dijadikan pilot projek Dinkes Kota Surabaya dalam upaya menurunkan AKI karena masih ditemukannya kematian ibu di sana. Walaupun hanya 1 kematian, namun tidak ada toleransi selama masih ada AKI. Hasil penelusuran ke Posyandu diketahui bahwa belum ada integrasi kegiatan Posyandu dengan pemeriksaan kehamilan, kemudian kesadaran untuk rutin memeriksakan diri dan cek laboratorium juga masih rendah. Selain itu banyak ibu hamil disana yang memiliki gangguan tidur terlihat dari keluhan saat ANC, padahal kurang tidur pada ibu hamil dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan ibu dan janin. Upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan tidur bisa dilakukan dengan yoga dan aromaterapi bahwa cara tersebut dapat membuat rileks sehingga dapat memperbaiki kualitas tidur ibu hamil tersebut. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dilakukan beberapa upaya menurunkan AKI melalui PkM dengan mengadakan kegiatan yaitu “<strong>Peduli Kesehatan Ibu Hamil di Masyarakat Melalui Latihan “Kombo Yoga Romla” (Kombinasi Yoga dan Aromaterapi Lavender) dan Deteksi Komplikasi Ibu Hamil”. </strong>Tujuan kegiatan ini adalah meningkatan pengetahuan, kualitas tidur, dan kesehatan ibu hamil sebagai deteksi komplikasi kehamilan sehingga diharapkan dapat menekan AKI. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadi peningkatan kualitas tidur ibu hamil dari 26,7% yang memiliki kualitas tidur baik menjadi 86,7% setelah diberikan latihan kombo yoga romla. Terjadi peningkatan pengetahuan rata-rata dari 31,1% berpengetahuan baik menjadi 86,7%.</p> Shinta Wurdiana Rhomadona Sendy Firza Novilia Tono Asti Rahayu ##submission.copyrightStatement## 2024-01-15 2024-01-15 4 2 14 19 10.47560/pengabmas.v4i2.514 PENINGKATAN KEMAMPUAN KADER BALITA DALAM PENGOLAHAN DAUN KELOR DAN PROTEIN HEWANI SEBAGAI STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI WILAYAH PRAMBON https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas/article/view/553 <p>Tantangan khusus pada Balita dalam bidang Kesehatan saat ini adalah stunting, yang merupakan prioritas dalam pengawasan. Efek jangka Panjang yang terjadi pada balita stunting berupa terganggunya perkembangan otak, menurunkan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunkan kekebalan tubuh sehingga mudah terpapar penyakit, yang dalam hal ini menjadikan ancaman bagi produktivitas generasi penerus bangsa. Sebagian besar dari balita yang mengalami stunting, tidak hadir dalam kegiatan posyandu balita dikarenakan orang tuanya malu, oleh karena itu untuk menarik perhatian balita dan kemauan orang tua, kita bekerjasama dengan kader balita membuat inovasi untuk memberikan pemenuhan nutrisi pada balita yang mengalami stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan informasi dan pelatihan pada kader balita tentang pembuatan nugget dari daun kelor dan protein hewani sebagai strategi pencegahan stunting dan pengukuran antropomentri pada balita.</p> <p>Metode pelaksanaan dilakukan dengan bekerjasama dengan kader balita, tokoh Masyarakat setempat serta pihak Puskesmas di wilayah tersebut, serta menghadirkan orang tua balita dalam setiap kegiatan posyandu balita &nbsp;untuk meluangkan waktunya serta&nbsp; berpartisipasi dalam strategi penurunan stunting dengan beberapa kegiatan yang kemudian dilakukan 2 kegiatan yang terdiri atas pelatihan pembuatan nugget dari daun kelor dan protein hewani (ayam) dan pemeriksaan Antropometri. Kegiatan dilakukan setiap bulan.</p> <p>Hasil pelaksanaan pemberdayaan kader balita di wilayah Prambon Sidoarjo, didapatkan kader telah terbentuk. Kader berada tidak hanya di level RW tapi juga perwakilan masing-masing RT. Setelah dilakukan pelatihan pembuatan nugget dan Antropometri yang bekerjasama dengan puskesmas,dan kader balita yang telah dilatih mampu mengaplikasikan kegiatan tersebut. Selain itu setelah dilakukan pelatihan pembuatan nugget sebagian besar dapat berhasil dan hasilnya dapat dikonsumsi oleh seluruh balita, sehingga kedepan diharapkan dapat &nbsp;dilakukan&nbsp; program lebih&nbsp; lanjut&nbsp; &nbsp;terkait masalah&nbsp; stunting dengan pembuatan nugget sebagai inovasi untuk merangsang nafsu makan pada balita</p> Celsa Surya Erdina Intiyaswati Intiyaswati ##submission.copyrightStatement## 2024-01-15 2024-01-15 4 2 20 24 10.47560/pengabmas.v4i2.553 PERAN SATGAS TB MELALUI EDUKASI PENCEGAHAN TB DI MASYARAKAT WILAYAH KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas/article/view/554 <p>Satgas Penanggulangan Tuberkulosis (Tb) mempunyai peran antara lain mendampingi pasien mengakses pengobatan serta mengatasi segala permasalahan sosial yang dihadapi pasien. Termasuk pula memberikan intervensi terhadap lingkungan tempat tinggal pasien apabila rumahnya tidak layak huni serta memberikan edulkasi secara berkesianmbungan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam merubah perilaku pencegahan Tb. Tujuan pengabdian masayakat ini adalah untuk membantu masyarakat lebih menyadari pentingnya mencegah penularan Tb yang ada di sekitar lingkungannya. Metode&nbsp;&nbsp; yang&nbsp;&nbsp; digunakan&nbsp;&nbsp; dalam&nbsp;&nbsp; pengabdian&nbsp;&nbsp; ini&nbsp;&nbsp; adalah&nbsp;&nbsp; penyuluhan kesehatan &nbsp;&nbsp;dengan&nbsp;&nbsp; media leaflet &nbsp;dan Pre Test dan Post Test dengan jumlah warga masayarakat 50 orang. Hasil dari pre test dan post test di dapat adanya peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat dalam penularan serta&nbsp; pencegahan&nbsp; penyakit&nbsp; TB Paru.&nbsp; Yang&nbsp; mana&nbsp; tingkat&nbsp; pemahaman &nbsp;&nbsp;sebelumnya&nbsp; sebesar&nbsp;&nbsp;&nbsp; 64 % setelah dilakukan penyuluhan&nbsp; tingkat&nbsp; pemahaman masyarakat &nbsp;&nbsp;naik&nbsp; menjadi&nbsp; 80%&nbsp; terhadap&nbsp; penularan&nbsp; dan pencegahan Tb.</p> Ethyca Sari Devi Aprilia ##submission.copyrightStatement## 2024-01-15 2024-01-15 4 2 25 30 10.47560/pengabmas.v4i2.554 PENINGKATAN KESADARAN REMAJA TERKAIT HIV MELALUI PENDIDIKAN SEKSUAL SEJAK DINIeness regarding HIV through Early Sex Education https://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/pengabmas/article/view/547 <p>The HIV problem in Indonesia continues to increase every year. This increase is due to the lack of knowledge about HIV in society, especially in adolescent. Increasing adolescent knowledge is important because adolescents are the age stage most vulnerable to engaging in HIV risk behavior. One of the education that can be provided is sexual education. This education is important to increase understanding about sexuality, sexual diseases and risky sexual behavior for adolescent. After being given education, it is hoped that adolescent will be able to recognize and avoid HIV risk behavior. The aim of this activity is to provide education to adolescent to avoid risky actions and avoid HIV transmission.</p> <p>The implementation method is carried out by providing education to adolescent at secondary school level aged 15-19 years. Education is carried out by providing lectures and video presentations explaining sexual education. This action was carried out in 2 meetings. At each meeting, a pre-post test is given with questions to assess teenagers' understanding.</p> <p>The results of implementing early sexual education for adolescent found that 32 teenagers took part in the activity. After being given the questionnaire, there was an increase in knowledge before the education and after the education. Apart from that, when measuring the experience and satisfaction of teenagers after being educated, it was found that teenagers felt afraid of HIV transmission but were not afraid of HIV sufferers. 100% of teenagers say staying away from their actions is an important key in preventing HIV. 100% of teenagers are satisfied with the education provided. The results of the knowledge evaluation showed that 93.75% of teenagers understood the material provided. There are still teenagers who don't understand because in the middle of the process there are obstacles in absorbing information because these teenagers have to attend other activities.</p> Taufan Citra Darmawan Retty Nirmala Santiasari Lina Mahayati ##submission.copyrightStatement## 2024-01-15 2024-01-15 4 2 31 37 10.47560/pengabmas.v4i2.547