PERBEDAAN RISIKO KEJADIAN STUNTING BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

  • Devi Aprilia STIKes William Booth Surabaya
Keywords: Stunting, Umur, Jenis Kelamin

Abstract

Stunting merupkan bayi yang memiliki parameter TB/U dengan nilai z-score <-2SD yang dikategorikan pendek dan nilai z-score <-3SD yang dikategorikan sangat pendek. Prevalensi stunting dapat mengakibatkan anak mengalami keterlambatan proses perkembangan motorik dan mental, penurunan produktivitas dan kecerdasan, peningkatan kemungkinan terkena penyakit degeneratif bahkan kematian, kelebihan berat badan dan peningkatan risiko terkena berbagai penyakit infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara  umur  dan  jenis kelamin dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas Kenjeran Surabaya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik  purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 102 balita menggunakan laporan hasil timbang bulan Desember 2021.

Variable independent dalam penelitian ini adalah jenis kelamin dan umur balita, variable dependent adalah kejadian stunting. Teknik analisa data yang digunakan adalah Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 36-48 bulan sejumlah 57.8%, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sejumlah 55.9%, dan responden  yang sangat pendek dan pendek sejumlah 16.6%. Hasil cross tabulasi antara umur dengan kejadian stunting menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur balita dengan kejadian stunting dengan nilai p-value sebesar 0.000 dan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stunting dengan nilai p-value sebesar 0.003. Pencegahan stunting sebaiknya dilakukan sejak masa prakonsepsi dan selama kehamilan guna mencegah status gizi kurang sejak masa kehamilan dan prakonsepsi, pendampingan tentang ASI eksklusif, asupan gizi anak, asupan gizi ibu menyusui dan kegiatan posyandu rutin.

Downloads

Download data is not yet available.

References

BAPPENAS. 2013. Pedoman perencanaan program gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka seribu hari pertama kehidupan

Larasati Nabila Nadia. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 Bulan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari II

Lesiapeto, Balita Stunting. In A. Paramitha. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan Dengan kejadian stunting pada balita 25-60 bulan di Kelurahan Kalibiru Depok Tahun 2012

Mzumara, B. et al., 2018. Faktor yang terkait stunting di antara anak-anak di bawah usia lima tahun di Zambia: bukti dari Zambia 2014 survei demografi dan kesehatan. BMC Nutrition, pp. 1-8.

Picauly, I Dan Toy, S, M. 2013. Analisis Determinan Dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah Di Kupang Dan Sumba Timur, NTT. Jurnal Gizi Dan Pangan, 8(1), 55-62

Sulistianingsih A, Sari R. 2018.ASI eksklusif dan berat lahir berpengaruh terhadap stunting pada balita 2-5 tahun di Kabupaten Pesawaran. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, vol.15(2):45-51. doi: 10.22146/ijcn.39086

Tsani, L. Irawati, and F. F. Dieny. 2018. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin dan Status Gizi terhadap Satiety pada Diet Tinggi Lemak. Journal of Nutrition College, vol. 7, no. 4, pp. 203-208,Nov. https://doi.org/10.14710/jnc.v7i4.22281

Welasasih BD, Wirjatmadi RB. 2012.Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita stunting. The Indonesian Journal of Public Health, vol.8(3):99-104

World Health Organization. 2010. Nutrition Landscape Information
System Country Profile Indicators : Interpretation Guide
Published
2022-12-27
How to Cite
Aprilia, D. (2022). PERBEDAAN RISIKO KEJADIAN STUNTING BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN. Jurnal Kebidanan, 11(2), 25-31. https://doi.org/10.47560/keb.v11i2.393